Kamis, 09 Juni 2016

Sambungan ke 6 cerita fantasi "MEVANA

~~BAB 4~~

     Keesokan harinya Josen terbangun dengan segar, lalu ia mandi dan berpakaian dengan rapi selayaknya bangsawan kerajaan ia lalu keluar  dari kamarnya menuju ruang makan. Fasco juga melakukan hal yang sama,  di ruang makan ia mendapati Josen yang sudah menunggunya.
     “Dimana Vanny, Jos?” tanya Fasco.
     “Entahlah, mungkin ia masih bersiap-siap. Maklum saja dia kan perempuan, berbeda dengan kita” balas Josen.
     Tak lama kemudian Vanny memasuki ruangan dengan gaunnya yang indah selayaknya putri kerajaan. Josen dan Fasco terkagum-kagum dengan kecantikan Vanny. Vanny melihat Josen dan Fasco sudah duduk menunggunya di meja makan.
     “Maaf, aku membuat kalian menunggu” ucap Vanny dengan rasa bersalah.
     “Sudah duduklah. Mari kita makan, agar kita bisa segera pergi ke perpustakaan” balas Josen dengan senyuman.
     Vanny mengambil posisi duduknya, salah seorang pelayan lalu menyediakan sarapan untuk mereka bertiga.
     “Pelayan, dimana ratu Chesyl?” tanya Fasco sambil menyantap makanannya.
     “Yang mulia ratu sedang berada di kamarnya, tuan” jawab pelayan itu dengan sopan.
     “Ratu memang suka menyendiri, apalagi jika ia sedang memutuskan masalah besar, ataupun  hanya untuk merilekskan dirinya dari masalah-masalah kerajaan” Josen menambahkan.
     “Ternyata berat juga ya, menjadi seorang pemimpin” ungkap Vanny sambil meletakkan sendok makannya.
     Setelah mereka selesai makan mereka lalu bergerak meninggalkan ruang makan dan pergi keluar istana, mereka melewati taman yang ada di depan istana. Vanny memetik salah satu bunga yang berwarna biru dan mencium aroma bunga itu. Mereka melewati gerbang dan melewati jalan setapak yang dikelilingi padang rumput yang luas. Mereka berjalan dengan santai sambil berbincang-bincang. Mereka lalu memasuki pasar yang mereka lewati kemarin mereka melihat-lihat barang-barang yang dijual disana. Hampir semua barang yang dijual adalah peralatan sihir dan kitab-kitab sihir.
       Josen lalu mengajak mereka menuju perpustakaan yang sudah tak jauh lagi dari tempat mereka berdiri. Mereka melewati jembatan gantung yang lumayan panjang dan mereka sampai perpustakaan kerajaan sihir. Seorang gadis penyihir menyambut mereka dari kejauhan.
     “Hai Josen, sudah lama tidak bertemu. Apakah ini mereka yang akan diajari disini?” tanya gadis itu menahan amarahnya.
     “Hai juga Cassela. Ya, ini anak-anak yang akan diajari disini. Mereka adalah para distrunis spesial. Tolong ajari mereka ya, aku ingin pergi dulu” balas Josen sambil beranjak  dari tempatnya.
     “Kau mau kemana Josen” tanya Fasco.
     “Aku ingin pergi dulu, lagipula untuk apa aku di dalam sana? Aku tidak suka membaca buku” tegas Josen sambil meninggalkan mereka.
     “Halo, perkenalkan namaku Casella Yessibat. Akulah yang akan mendampingi kalian belajar disini. Mari masuk kedalam, ada seseorang yang akan menjumpai kalian” ungkap Casella dengan senyum ceria.
     Fasco dan Vanny penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Casella. Merekapun memasuki perpustakaan itu, ketika mereka di dalam mereka melihat kumpulan buku yang tak terhitung jumlahnya mengisi penuh setiap rak buku disitu. Perpustakaan itu sangat luas, hingga sulit untuk melihat ujungnya. Setiap rak buku tersusun rapi diatas lantai dan ada banyak juga yang melayang-layang di udara. Mereka melihat banyak penyihir yang membaca buku disana, namun keadaan didalam sangat tenang dan nyaman.
     Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh bahu Fasco dan  Vanny. Mereka lalu berbalik dan melihat orang itu.
     “Verlin...!” teriak Fasco dan Vanny terkejut.
     Verlin lalu memeluk mereka lalu berkata “Saat aku mendengar bahwa ada dua orang berpakaian aneh datang ke kerajaan ini aku yakin bahwa itu kalian” ia lalu melepas pelukannya “Oh ya, dimana teman-teman yang lain”
     “Kami belum tahu Ver, rencananya setelah kami selesai belajar darisini kami akan mencari mereka” balas Fasco dengan senyum melepas haru.
     “kau akan ikut kami mencari mereka kan Ver?” tanya Vanny.
     “Tentu saja, teman kan harus saling membantu” jawab Verlin dengan yakin.
     “Sudah cukup kangen-kangenannya, sekarang ayo kita belajar” ajak Casella.
     “Bolehkah aku membantu mengajari mereka, Casella?” tanya Verlin dengan bangganya.
     “Apa.. kau mau mengajari kami?” tanya Fasco “Bukankah kau juga  belum tahu apa-apa tentang dunnia ini”
     “Fasco, Verlin itu sudah lebih dari sebulan berada didunia ini, bahkan ratu mengangkatnya menjadi kepala perpustakaan disini” ungkap Casella.
     “wah.. wah.. wah.. kami tidak menyangka, baru ditinggal sebentar saja kamu sudah seperti ini” ujar Vanny kagum.
     Mereka lalu duduk di  tempat yang disediakan untuk membaca.
     “Verlin, coba ceritakan pada kami mengapa kau bisa seperti sekarang ini” tanya Fasco dengan rasa ingin tahu.
      “Jadi begini, pada saat itu aku terbangun dan membuka mataku. Tapi yang kulihat adalah kumpulan buku-buku dan aku melayang-layang di udara. Lalu aku terjatuh” jawab Verlin.
     “Jadi kau... jatuh di perpustakaan ini” sanggah Fasco.
      “Ya, kau benar Fas, biar kulanjutkan ceritaku. Saat itu aku terjatuh  dan melihat tongkat panjang bercahaya, dan aku seperti mendengarnya menyuruhku untuk mengambilnya. Namun waktu itu casella melihatku dan mencoba menghentikanku. Tetapi aku berhasil memegang tongkat itu” jawab Verlin.
     “sebenarnya tongkat itu adalah distruzon spesial dan yang terbaik di kerajaan sihir ini. Sebelum Verlin, ada banyak orang yang sudah mencoba untuk mengambil tongkat ini. Tetapi tongkat ini seperti memiliki penghalang bagi siapapun yang berniat mengambilnya, kecuali untuk Verlin, tongkat ini seperti mengijinkan Verlin untuk memilikinya” tambah Casella.
     “Setelah aku memegang tongkat itu, tiba-tiba Casella memanggil prajurit kerajaan dan mereka lalu menangkapku dan membawaku ke hadapan ratu Chesyl. Pada saat itu ratu Chesyl sangat marah karena ia mengira bahwa aku adalah musuh yang ingin mencuri tongkat sihir. Ia lalu memerintahkan para prajuritnya untuk menghukum mati aku. Tetapi untung pada waktu itu Casella tiba-tiba bersikap baik” balas Verlin dengan wajah tersenyum.
     “Ya.. pada saat itu aku baru sadar akan sebuah buku legenda tua yang menyatakan bahwa tongkat sihir hanya dapat dicabut oleh seorang yang akan merubah dunia. Jadi aku langsung membawa buku itu dan mengingatkan ratu akan legenda itu. Setelah itu ratu membatalkan hukuman mati dan meminta maaf pada Verlin. Ratu lalu menyuruhku untuk mengajari Verlin. Verlin belajar sangat cepat bahkan ia telah berhasil menguasai kumpulan sihir tua yang penggunanya saja sudah punah, ratu sangat mengagumi kecerdasannya dan mengangkatnya jadi kepala perpustakaan disini” jelas Casella.
     “Itu semua berkat tongkat sihir ini. Berkat tongkat ini aku bisa mengerti dan  mempelajari sihir dengan cepat meski hanya belajar dari buku dan kalau boleh jujur aku juga belum pernah diajari oleh seorang ahli sihir sekalipun” tambah Verlin dengan bangga.
     “Jadi, apa kami juga akan belajar sihir seperti Verlin?” tanya Fasco bersemangat.
     “Tidak, distruzon kalian bukanlah distruzon sihir jadi percuma saja kalian belajar sihir, kalian hanya bisa membuat sihir ringan seperti prajurit yang lainnya. Tetapi tenang, setiap prajurit perang pasti memiliki seorang penyihir pendamping yang selalu membantunya. Kalian akan memiliki penyihir pendamping setelah kalian selesai belajar” jawab Casella dengan lengkap.
     “Lantas mengapa Josen tidak memiliki penyihir pendamping” tanya Fasco.
     “Itu karena ia telah membunuhnya....” jawab Casella dengan wajah cemberut.
     “Mengapa itu bisa terjadi, aku tidak percaya Josen sekejam itu” tanya Fasco dengan tatapan tajam ke arah Casella.
     “Maaf sebelumnya tuan Fasco, jika tidak keberatan aku ingin pertemuan kita hari ini sampai sini dulu” jawab Casella sambil bergerak meninggalkan mereka.
     “Hei...! Casella, kenapa kau lari? Jawab pertanyaan ku!” Teriak Fasco sambil berdiri menyentak meja.
     Casella terus berlari menghiraukan apa yang dikatakan oleh Fasco, sambil mengusap air mata yang keluar dari matanya. Vanny menyadari bahwa Casella bersedih mendengar kejadian itu ia lalu memegang tangan Fasco dan mengajaknya untuk duduk kembali.
     “Sudahlah Fasco, duduklah. Apa kau tidak lihat dia menangis barusan” ujar Vanny “Verlin, dapatkah kau memberitahu kami apa yang terjadi pada Casella?” tanya Vanny dengan sopan.
     “Sebenarnya penyihir pendamping Josen adalah tunangan dari Casella, dan seharusnya mereka merayakan pernikahan dua hari yang lalu” jawab Verlin dengan wajah tertunduk.
     “Apa..., aku jadi merasa bersalah padanya” balas Fasco.
“Sudah tidak apa-apa, dia hanya butuh waktu sendiri sekarang” ujar Verlin “apa kalian tetap ingin mendengar ceritaku tentang  pendamping penyihir Josen.
     “Silahkan, aku ingin mendengarnya” ungkap Fasco setuju.
     “Josen dulu memiliki keluarga, dia memiliki seorang anak laki-laki dan seorang istri yang sangat cantik. Banyak orang yang mengatakan bahwa kecantikan istrinya melebihi kecantikan ratu. Sampai suatu saat ketika ia pulang ke rumah ia menjumpai rumahnya sudah di obrak-abrik. Istri dan anaknya sudah hilang, saat itu dia sangat terpukul, bahkan ia hampir bunuh diri. Tapi dia memutuskan niatnya, karena ia diberi tugas oleh ratu untuk mencari seorang distrunis yang berada di kawasan vampir. Menurut kabar yang kudengar dia menjumpai istrinya disana, tetapi istrinya sudah menjadi bagian dari para vampir. Saat itu istrinya menyandera pendamping penyihirnya. Katanya ia telah menebas istrinya bersamaan dengan pendamping penyihirnya dengan distruzon miliknya” jawab Verlin “berita itu lalu menyebar ke telinga orang-orang dan menyebar begitu cepat”
      “Apakah benar seperti itu? Aku tidak percaya bahwa Josen sekejam itu” bantah Fasco.
      “Setidaknya itulah yang kudengar Fas” ujar Verlin.
      “Tapi mengapa aku tidak melihat rasa bersalah ya, pada mata Josen. Dan selama ini dia selalu bersikap tertutup padaku” ucap Fasco menganalisa.
      “Mungkin ada yang disembunyikannya selama ini” balas Vanny sambil melipat tangannya.
     Mereka berbincang-bincang sampai larut malam.
     “Sebaiknya kita memulai belajarnya besok saja. Hari sudah larut, sebaiknya kalian pulang ke istana” ungkap Verlin.
     “Baiklah kami akan pulang, sampai jumpa besok” ucap Fasco.
     Mereka lalu keluar dari perpustakaan, diluar Josen sedang duduk di atas kereta kuda menunggu mereka.
     “Cepatlah naik, ratu lah yang menyuruhku untuk datang menjemput kalian” ucap Josen.
     Mereka lalu naik, dan diantar menuju istana. Sesampai di istana mereka memasuki ruang makan dan ratu sudah menunggu mereka di ujung meja.
     “Bagaimana, apakah pelajaran kalian enak hari ini” tanya chesyl.
     “Iya Chesyl, hari ini cukup menyenangkan” jawab fasco dengan raut muka kurang bahagia.
     Mereka duduk bersama dan mulai makan.
     “Sudah lama aku tidak berkumpul dan makan bersama seperti ini, serasa aku kembali memiliki keluarga sendiri” ungkap Chesyl dengan senyum haru.
     Fasco dan yang lainnya ikut tersenyum bersama Chesyl. Setelah selesai makan, mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
      Keesokan paginya merka pergi kembali ke perpustakaan. Namun kali ini Josen tidak menghantar mereka karena ratu sedang memberinya tugas. Sesampai mereka di perpustakaan mereka melihat Casella sudah kembali bekerja. Fasco lalu mendekatinya.
     “Cas, maafkan aku soal yang semalam. Aku juga ikut berduka soal tunanganmu” ucap Fasco dengan rasa bersalah.
     “Jadi kau sudah mendengarnya ya? Sudahlah tak apa, semalam aku hanya terbawa emosi, lagipula semua sudah terlanjur terjadi, tak ada yang bisa dilakukan lagi” balas Casella.
     “Hai Cas, selamat pagi. Hari ini kita belajar apa?” tanya Vanny.
     “Selamat pagi Van, hari ini kalian akan mempelajari dunia ini” ucap Casella “Ini buku-bukunya” sambil memberikan tumpukan buku.
     “Apakah tidak ada yang lebih mudah. Buku sebanyak ini bagaimana bisa..? waktu kami bisa habis hanya untuk ini saja” tegas Fasco.
     “Tenanglah menurut buku legenda tua yang kubaca, perpindahan distrunis dari dunia sebelumnya ke dunia paralel paling lama adalah dua bulan terhitung dari perpindahan distrunis spesial pertama didunia sihir yaitu verlin. Jika kalian pergi sekarang, bisa saja teman kalian belum sampai ke dunia ini” jawab Casella “Verlin sudah disini sekitar satu bulan, jadi waktu kalian sekitar tiga bulan lagi, kalian masih memiliki cukup waktu untuk belajar”
      “begini saja, aku akan menceritakan kisah awal dunia ini setelah itu kalian akan membaca selebihnya” ujar Verlin.
      “Baiklah” jawab Fasco dengan wajah setuju.
      “Dulu dunia ini adalah dunia yang berbentuk utuh dimana belum ada manusia maupun vampir, namun salah seorang penyihir di dunia ini berhasil membuat portal menuju dunia manusia, disana ia membentu manusia mengalahkan vampir dengan mengirim semua vampir ke dunia ini. Vampir yang dikirim ke dunia ini semakin bertambah banyak dan mereka semua semakin merajalela hingga penduduk dunia ini terpecah atas beberapa bagian sesuai dengan kemampuan dan jenis mereka, seperti kerajaan sihir, goblin dan kerajaan peri. Sementara itu manusia juga sering berdatangan ke dunia ini melalui distruzon-distruzon yang terhubung ke dunia ini, hingga akhirnyamanusia-manusia ini membentuk kerajaan mereka sendiri bersebelahan dengan kerajaan sihir. Kerajaan vampir merupakan yang terluas diantara kerajaan yang lain, awalnya kerajaan ini dipimpin oleh raja Yubhana Sumbe, namun ia telah terbunuh, dan pemimpin baru mereka yang baru tidak diketahui sampai sekarang” jelas Verlin.
     “Lalu bagaimana dengan legenda yang kalian ceritakan itu” tanya Vanny dengan bersungguh-sungguh.
     “Legenda itu bercerita tentang seorang remaja pria bersama dengan sekelompok temannya yang memiliki kekuatan berbeda memusnahkan para vampir dan mengembalikan Mevana seperti semula” tegas Casella “sekarang silahkan baca buku-buku itu”
     “Apa itu Mevana?” tanya Fasco heran.
     “Jadi selama ini belum ada yang memberitahu kalian? Mevana itu adalah nama dunia ini. Kami semua menyebutnya Mevana” tambah Casella.
     “Sekarang ambil buku-buku ini dan kalian mulailah membaca, agar kita dapat berlanjut ke hal berikutnya” tegas Verlin sekali lagi.
     “Baiklah.... baiklah....” ketus Fasco dengan wajah manyun.
     Fasco dan Vanny mulai membaca buku-buku itu satu per satu, mereka membaca dari buku sejarah, kitab suci, buku pengetahuan hingga buku sihir, semuanya mereka baca. Mereka melakukan rutinitas seperti itu terus menerus setiap hari. Tidak terasa sudah seminggu mereka membaca terus. Vanny lalu menjumpai Casella.
     “Casella, kami sudah membaca buku-buku itu selama satu minggu lebih. Kami sudah membaca seluruh buku-buku sihir tetapi kami tidak mengerti sama sekali jika kami sendiri tidak diajarkan cara menggunakan sihir itu” ungkap Vanny dengan sopan.
     “Baiklah jika kalian merasa seperti itu, aku ingin besok kalian berdua berkumpul di taman depan istana besok. Aku dan Verlin akan mengajari kalian besok” balas Casella.
     Vanny lalu menjumpai Fasco yang masih membaca buku, ia mendekatinya.
     “Fasco, sudah cukup membacanya. Percuma saja kau membaca buku sihir itu jika kau tidak memahami cara menggunakannya. Besok kita akan belajar menggunakan sihir itu di taman istana”
     “Vanny, entah mengapa, sepertinya aku mengerti apa yang dimaksud oleh mantra-mantra sihir ini. Seakan-akan sangat mudah untuk memperagakan semua sihir ini” balas Fasco dengan tatapan serius pada buku yang dilihatnya.
     “Sudahlah, jangan jadi sok hebat seperti itu” ucap Vanny. “Coba lihat nama buku yang kau baca itu, itu adalah kumpulan gulungan sihir generasi pertama dan terkuat di dunia ini yang disatukan menjadi sebuah buku, semalam aku sempat bertanya pada verlin soal buku itu. ia mengatakan bahwa belum ada  yang dapat mengerti buku itu sampai sekarang termasuk verlin bahkan ratu juga tidak dapat membacanya”
     Lalu Verlin datang dari belakang Fasco.
     “Ucapan Vanny benar Fasco. Buku itu ditulis dengan huruf sihir yang tidak  dikenali sama sekali”

     “Tapi mengapa mataku dapat membacanya” tanya Fasco.

Selasa, 07 Juni 2016

sambungan ke 5 cerita fantasi "MEVANA"

~~BAB 3~~

Malam pun tiba. Tepat tengah malam, Josen beranjak dari tempat dia berjaga. Ia masuk ke dalam gua untuk menemui Fasco dan Vanny, ia menemukan mereka sedang tertidur,. Josen lalu membangunkan mereka berdua dan membantu mereka berdiri. Kini Vanny sudah dapat bergerak seperti semula, begitu pula dengan Fasco yang staminanya telah pulih. Mereka bertiga berjalan keluar dari gua. Mereka berjalan dengan hati-hati menuju tembok perbatasan, berusaha agar tidak terlihat oleh para vampir yang berjaga di atas tembok besar itu. akhirnya mereka sampai di dekat tembok perbatasan.
     “Bagaimana kita melalui tembok tebal ini Jos?” tanya Fasco.
     “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Fas” balas Josen “Sebenarnya obat penawar tadi adalah alat yang dapat berfungsi sebagai pembuka gerbang”
     “Lantas bagaimana sekarang?” tanya Fasco “Apakah tidak ada jalan atau cara lain”
     “Satu-satunya jalan adalah menggali tanah dibawah tembok ini” jawab Josen dengan wajah agak kurang percaya diri.
     “Mungkin aku bisa memanahnya dengan ini” ungkap Vanny sambil menunjukkan Distruzon panah miliknya.
     “Kau mempunyai distruzon juga ya, Van” tanya Fasco.
     “Ooo.. jadi ini namanya distruzon. Jadi bagaimana? Apakah aku bisa menggunakannya untuk membuat jalan keluar” tanya Vanny dengan percaya diri.
     “jangan lakukan itu Van, jika tembok ini hancur pasti kita akan ketahuan oleh para vampir” ungkap Fasco.
     “Fasco benar” tegas Josen “ sepertinya aku menemukan cara lain, tapi kita membutuhkan darah seorang gadis perawan”
     “Aku bisa memberikannya” balas Vanny.
“Baiklah, mari kita mulai” ujar Josen dengan mantab.
     Josen mulai menulis mantra sihir kuno dengan menggunakan lumpur pada tembok itu. Fasco dan Vanny hanya bisa memperhatikan Josen dan berjaga di sekelilingnya. Josen menulis dengan serius dan membentuk pola pintu pada tembok itu. setelah selesai ia menyuruh Vanny untuk mengoleskan darahnya pada dinding itu. Vanny lalu menggigit daging ibu jarinya, seketika itu juga keluar darah mengalir di jarinya. Vanny menggigit bibir bawahnya untuk menahan perih pada lukanya. Ia lalu mengusap ibu jarinya pada tembok itu dan darahnya menempel pada mantra-mantra yang ditulis oleh Josen. Josen lalu menyentuh mantra yang telah ditulisnya.
     “Wuhua el Baku!” ungkap Josen.
     Mantra tersebut bercahaya, lalu batu-batu yang berada pada tengah mantra memudar dan menghilang. Mantra tersebut membuka jalan yang menembus tembok itu, tampaklah hutan yang rimbun. Mereka langsung memasuki jalan itu dan memasuki daerah hutan. Josen berhenti sebentar dan mengembalikan tembok tadi kembali seperti bentuk semula. Setelah itu mereka berlari menuju ke dalam hutan. Tanpa mereka sadari terdapat seorang vampir yang berdiri di atas tembok dan melihat mereka berlari menuju arah hutan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Vampiryang melihat Fasco dan yang lain itu bernama Dweta Pasma, Seorang pria sekaligusperwira vampir kepercayaan raja vampir. Dweta berpenampilan bangsawan kerajaan dengan badan yang bidang dan rambut panjang di ikat satu. Setelah Dweta melihat Fasco dan yang lainnya kabur ia langsung bergerak ke istana kerajaan vampir. Sesampainya di istana ia langsung masuk ke ruang singgasana raja, ia bertekuk lutut hormat pada raja vampir, lalu ia berdiri.
     “Yang mulia aku sudah mengerjakan tugasku, sesuai perintahmu” ujar Dweta dengan sikap hormatnya.
     “Apa kau sudah melihat mereka?” balas raja vampir “Apakah mereka manusia dari bumi?”
     “Ya rajaku, aku melihat mereka pergi meninggalkan kerajaanmu. Dari segi pakaiannya, menurutku terdapat dua orang manusia yang berasal dari bumi dan satunya lagi berasal dari wilayah manusia dari dunia Mevana ini raja” jawab Dweta.
     “Jadi mereka ada tiga, tapi menurut peramal itu seharusnya mereka lebih dari sepuluh” tegas raja vampir.
     “Jadi apa tugas saya selanjutnya yang mulia?” tanya  Dweta.
     “kau ikuti dan awasi merekaterus, jangan sampai kelewatan informasi sekecil apapun dan selalu beritahu apa yang terjadi padaku” perintah raja vampir.
     “Baik, saya laksanakan raja” balas Dweta.
Ia membungkuk hormat lalu keluar meninggalkan ruang singgasana tersebut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Fasco  dan yang lainnya terus berlari, mereka melewati banyak reumputan dan semak belukar. Lengan dan kaki mereka tergores dan lecet karena bergesekan dengan duri-duri semak itu. Vanny yang tidak memperhatikan jalannya lalu tersandung oleh akar pohon yang merambat di bawah kakinya, ia lalu terjatuh. Fasco dan Josen menghentikan langkah mereka dan membantu Vanny untuk bangkit dari tempat ia terjatuh.
     “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Fasco terengah-engah.
     “Tidak apa, aku hanya kelelahan. Paling sebentar lagi aku dapat berlari lagi” balas Vanny sambil mengusap luka di lututnya.
     “Sepertinya kita sudah jauh dari benteng vampir, jadi kita bisa bersitirahat di sini” ujar Josen yang langsung duduk di salah satu batu.
     Fasco dan Vanny duduk di atas tanah dan meminum air persediaan mereka.
     “Maaf tuan petualang, sejak kemarin kita belum berkenalan. Namaku Vanny, aku adalah sahabat Fasco” ungkap Vanny pada Josen.
     “Salam kenal nona, namaku adalah Josen. Akulah yang membantu Fasco selama ini. Jadi kau ini hanya sahabat Fasco, aku mengira kalian berdua adalah sepasang kekasih” balas Josen dengan senyuman menyindir.
     Wajah Josen dan Vanny memerah padam. Mereka mencari arah pandangan yang berlawanan satu sama lain.
     “hei Jos, mengapa kau tidak menjelaskan tentang dunia ini pada Vanny” ujar Fasco mengalihkan pembicaraan.
     “Sebentar lagi kita akan sampai di kawasan sihir. Kalian akan mengetahui informasi dunia ini dari sana” jawab Josen.
     “Oooh begitu.... Oh iya Jos, Van, jika kalian ingin tidur, tidur saja. Aku akan berjaga malam ini, esok pagi aku akan membangunkan kalian.
     “Baiklah, lagipula tadi malam aku juga belum sempat tidur dan Vanny juga baru sembuh” balas Josen sambil menggeletakkan badannya.
     Josen melipat tangannya dan memulai untuk tidur. Vanny yang berada di dekat Fasco mendekatkan dirinya lagi dengan Fasco.
     “Fasco” ujar Vanny “terima kasih ya, sudah membantuku saat itu. Kalau tidak ada kalian pada saat itu, entah bagaimana keadaanku sekarang”
     “Tidak perlu berterimakasih” balas Fasco “Itu semua adalah takdir, termasuk kita bisa lolos dan dapat beristirahat disini, itu semua merupakan takdir”
     “Oh.. ya, maafkan aku soal kejadian yang kemarin ya” ungkap Vanny dengan wajah merah “Aku kehilangan kendali”
     “Haa.. tidak apa-apa” balas Fasco “lagipula aku menyukainya kok” sambungnya dengan suara lirih dan pipinya yang merah padam.
     “Apa?” balas Vanny bertanya kembali.
     “Tidak... Sudahlah, cepat tidur biar aku yang mengawasi daerah sekitar” balas Fasco sambil mengalihkan perhatiannya.
     Vanny lalu mengambil posisi untuk tidur dan mengucapkan selamat tidur kepada Fasco. Sementara itu  Fasco berjaga dan berkeliling di daerah itu. Ia lalu memandang ke arah bulan yang sedang bersinar gemerlap pada malam itu.
     “Ternyata bulan disini berbeda dengan yang ada dibumi. Bulan itu begitu bersinar dan begitu indah” ucapnya dalam hati “entah apa yang akan aku hadapi ke depan. Tetapi kini aku sudah menemukan Vanny, selanjutnya adalah mencari  teman-teman yang lain”
                                                                    *****
Keesokanpaginya Fasco membangunkan Josen dan Vanny. Mereka bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Kali ini Josen yang memimpin di depan, dengan penuh semangat ia menebas semak-semak, agar bisa dilewati dengan mudah. Mereka berjalan melewati pohon-pohon yang begitu rimbun dan seakan-akan tidak ada habisnya. Saat hari menjelang sore mereka  pun sampai di depan tembok besar berwarna putih dengan warna mengkilat akibat diterpa cahaya matahari.
     “Ini adalah tempatnya saudaraku, kita telah sampai di kerajaan sihir” ujar Josen dengan rasa lega bercampur semangat.
     Fasco berjalan terus dan menabrak semacam penghalang yang tidak terlihat, begitu juga dengan Vanny. Mereka terkejut dan melihat ke arah Josen dengan tatapan meminta penjelasan.
     “Baiklah.. baiklah..” jawab Josen dengan nada pasrah yang kurang serius.
Josen mendekati penghalang itu dan menyentuhnya dengan telapak tangannya. Ia lalu berkata “wahai penjaga gerbang, bukalah pintunya. Aku membawa dua anak ramalan pengguna distruzon spesial” teriak Josen.
     Pintu gerbang raksasa pun terbuka dan ketika Fasco menyentuh penghalang tadi, ternyata penghalang itu sudah menghilang. Dari dalam gerbang keluar seorang prajurit berpakaian logam berlapiskan kain berwarna merah.
     “Hei.. Josen.., kami sudah menunggu kedatanganmu. Ayo masuklah bersama mereka, ratu sedang menunggu kehadiran kalian di istana” ujar prajurit itu dengan sapaan yang ramah.
     Josen lalu masuk bersama Fasco dan Vanny. Setelah mereka semua berada di dalam gerbang pun di tutup oleh seorang penjaga dengan menggunakan sebuah kalimat sihir. Di hadapan mereka kini tersedia kereta kuda dengan prajurut tadi sebagai supirnya.
     “Cepat masuklah! Aku akan segera menghantar kalian menuju istana” ujar prajurit itu dari atas kereta.
     Mereka lalu memasuki kereta kuda tadi dan duduk saling berhadapan. Prajurit tadi lalu mengibaskan tali kekang kuda-kudanya dan kuda-kuda itu bergerak dengan gagah dan dengan gerakan yang gesit. Kereta berjalan dengan kencang dan para penduduk keluar dari rumah mereka untuk melihat siapakah yang sedang datang sampai-sampai harus menggunakan kereta kerajaan untuk menghantarnya. Kereta itu melewati rumah-rumah penduduk dan pasar tempat para ksatria sihir maupun rakyat biasa berjual-beli.
     Mereka pun sampai di depan gerbang istana sihir yang di jaga ketat oleh para ksatria sihir, para ksatria itu membukakan gerbang agar kereta mereka dapat masuk ke dalam. Kereta memasuki istana dan melewati taman yang berada di depan, taman itu berisi bunga-bunga dan pohon-pohon yang berwarna cerah dan bercahaya bagaikan lampu yang berwarna-warni. Kereta lalu berhenti di depan pintu istana. Supir kereta tadi turun dari kereta dan membukakan pintu kereta untuk Josen, Fasco dan Vanny. Mereka bertiga lalu memasuki balairung istana itu, Fasco dan Vanny melihat sekelilingnya sambil berjalan mengikuti ksatria yang mengarahkan mereka ke ruang pertemuan. Fasco dan Vanny terpana dengan desain istana yang berwarna-warni cerah dengan warna dominan ungu.
     Mereka lalu memasuki ruangan pertemuan, namun ruangan tempat mereka bertemu adalah ruang makan istana. Di depan mereka terdapat sebuah meja persegi panjang yang panjang sekali dengan hidangan mewah tersedia di atasnya. Di ujung meja terdapat seorang gadis remaja yang sangat menawan dengan wajah putih yang manis dan berpakaian gaun biru yang panjang menyentuh lantai serta berlengan panjang. Gadis itu memakai kalung emas di lehernya dan gelang emas tipis yang lebar di kedua lengannya, ia juga mengenakan mahkota daun emas yang menempel di kiri dan kanan kepalanya.
     Fasco memandang ke arah dua  prajurit yang menjaga pintu.
     “Hei prajurit, mengapa ada  gadis sebayaku disana? Apakah dia putri disini?” tanya Fasco.
     “Bersikap hormatlah padanya!” balas prajurit itu tanpa bergerak dari tempat dia berdiri.
Prajurit dan mereka bertiga lalu tunduk hormat di depan sang gadis itu. gadis itu lalu berdiri dari tempat ia duduk.
     “Selamat datang di kerajaanku wahai para distrunis hebat. Perkenalkan aku adalah ratu dari Zahsuri pemimpin daerah kawasan sihir. Namaku adalah Chelsily Robtonis. Kalian bertiga silahkan duduk dan nikmati hidangan yang telah tersedia di meja makan” ujar sang ratu dengan suaranya yang merdu.
     “silahkan kembali ke pekerjaanmu prajurit” perintah ratupada prajurit yang membimbing Fasco dan lainnya.
     Fasco dan yang lainnya lalu mengambil posisi duduk yang tepat. Mereka mengambil lauk yang telah tersedia dan menyantapnya dengan lahap.
     “tampaknya kalian sudah kelaparan ya?” tanya sang ratu dengan wajah tersenyum.
     “ya, yang mulia. Kami belum makan dengan sehat belakangan ini, kami hanya memakan buah-buahan beracun” jawab Josen sambil melahap makananya.
     “Waah.. kalian sangat berjuang keras ya, untuk sampai disini” balas sang ratu “oh ya Josen, dapatkah kau memperkenalakn tamu kehormatan kita”
     “Baiklah yang mulia. Hei Fas, apa kau mendengar apa yang dikatakan oleh ratu barusan?” bisik Josen ke arah Fasco.
     “Baik aku mengerti” balas Fasco pada Josen dengan cara berbisik pula.
     Fasco lalu berdiri.

     “Izinkanlah saya untuk memperkenalkan diri saya sendiri yang mulia. Nama saya Fasco Hazkay. Saya adalah seorang murid dari bumi. Saya jatuh ke dunia ini sekitar dua minggu yang lalu. Terima kasih” jawab Fasco sambil duduk kembali.
     “Dan kau siapa gadis manis?” tanya sang ratu ke arah Vanny.
     “Perkenalkan yang mulia, nama saya Vanny Rhynthom. Saya sama seperti Fasco, kami sama-sama seorang murid dari bumi, tetapi saya baru jatuh ke dunia ini sekitar tiga hari yang lalu yang mulia. Terima kasih” jawab Vanny dengan lugas, lalu ia duduk kembali.
      Beberapa menit kemudian mereka semua selesai makan dan kembali berbincang-bincang lagi.
     “Fasco, bolehkah aku  tahu apa jenis dari distruzon milik kalian?” tanya ratu dengan lemah lembut.
     “Yang mulia, distruzon saya adalah pedang dan distruzon milik Vanny adalah panah yang mulia” jawab Josen.
     “Sebaiknya kalian bertiga tidak perlu terlalu formal terhadapku, panggil saja aku chesyl. Agar kita mudah dalam berkomunikasi, umur kita juga tidak terpaut terlalu jauh kan? Oke!” balas ratu dengan senyuman.
     “Tapi yang mulia....” jawab Josen, namun langsung di bantah ratu.
     “Kau juga Josen, tidak apa-apa, panggil saja namaku. Kita kan sudah berteman lama” sergah sang ratu.
     “Ratu... eh, maksud saya chesyl, apakah wilayah manusia masih berada jauh lagi dari disini?” tanya Vanny dengan wajah tampak ragu-ragu.
     “Ada apa? Kalian ingin berjumpa dengan manusia yang lain ya? Bersabarlah dulu, aku dan raja kalian sudah membicarakan persoalan ini. Kami menghimbau kalian untuk berada di tempat ini dulu untuk sementara, untuk mempelajari hal-hal tentang dunia ini. Setelah itu kalian dapat mencari teman-teman kalian” jawab ratu.
     “Maaf chesyl, darimana kau tahu soal teman-teman kami?” tanya Fasco dengan penasaran.
     “Kalian akan mengetahuinya nanti setelah kalian belajar, tapi sebaiknya kalian mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu. Pakaian kalian saat ini terlihat zorok dan seragam kalian tidak sesuai dengan pakaian yang biasa dikenakan disini” balas sang ratu sambil memanggil salah satu prajuritnya “Penjaga, bawalah mereka ke kamar mereka masing-masing, dan kau Josen, besok antar Fasco dan Vanny ke perpustakaan pusat untuk belajar”
     “Maaf sekali lagi chesyl, kami jadi merasa merepotkan, sampai-sampai kami disediakan kamar juga” ujar fasco sambil mengusap-usap kepalanya sendiri.
     “Tidak apa-apa. Sebentar lagi kalian juga akan mengerti mengapa aku berbuat baik seperti ini” balas ratu dengan senyuman.
     Prajurit tadi lalu menghantarkan mereka bertiga ke kamar yang telah disediakan. Kamar mereka berada saling bersebelahan satu sama lain dengan pintu masing-masing kamar yang terbuat dari kayu dan dihiasi oleh tirai yang menggantung dari atas pintu hingga menyentuh lantai. Mereka memasuki kamar mereka masing-masing.
Fasco memasuki kamar mandi di kamarnya, ia langsung menyalakan air panas bercampur dengan air dingin dan menampungnya di dalam bak mandi. Ia lalu melepas seluruh pakaiannya dan mandi menggunakan air bersih yang sudah lama tak ia rasakan, semua debu kotoran dan lumpur yang menempel lekang dibasuh oleh air. Kulitnya yang tadi kusam kini menunjukkan warnanya yang sesungguhnya. Setelah itu ia merendamkan tubuhnya ke dalam bak mandi. Ia berelaksasi sambil melepas penat yang selama ini ditahannya.
     Sementara itu Vanny yang berada di kamarnya sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk. Ia berjalan menuju lemari dan membukanya, ia tersenyum melihat isi lemari itu. puluhan gaun, baju dan celana berderet menggantung di dalamnya. Ia lalu mengambil baju berlengan panjang dan celana yang sesuai dengan keinginanya.
      Josen telah selesai mandi dan berpakaian, ia lalu melompat menuju tempat tidurnya. Ia merasakan betapa lembutnya kasurnya dan betapa harumnya kamarnya. Ia lau terlarut dalam tidurnya, begitu juga yang dialami  oleh Fasco dan Vanny di kamarnya.


Minggu, 05 Juni 2016

Sambungan ke 4 cerita fantasi "MEVANA"

Buat yang sudi ngunjungin blog aku terima kasih banget nih, meskipun mungkin yang ngunjungin ini blog juga temen-temenku sih. Udah deh, tidak usah lama-lama nih lanjutan ceritanya

~~BAB 2~~

     Keesokan paginya, ketika hari masih gelap, terdengar suara ayam berkokok. Josen dan Fasco terbangun. Mereka membuka matanya satu persatu. Josen berdiri dan melihat ke arah Fasco yang masih bersikap telentang.
   Josen lalu berkata “hei! Fasco, bangkitlah! Jangan bermalas-malasan seperti itu, kita harus segera berangkat sebelum fajar menyingsing” sambil mengulurkan tangannya ke arah Fasco.
     Fasco yang masih lemas karena baru bangun lalu menyambut uluran tangan Josen. Josen menarik Fasco hingga berdiri. Setelah itu Josen mendekati dinding yang telah dibuatnya.
     Josen menyentuh dinding tersebut dan berkata “Wuhua el null” dengan nada yang tegas 
     Dinding tersebut perlahan-lahan memudar dan keadaan kembali seperti semula. Mereka kembali berdiri hanya di atas alas plastik tanpa dinding sebagai penutup mereka. Mereka berdua saling merenggangkan badan mereka dan menghirup udara segar pagi hari. sesudah itu Fasco langsung melipat alas plastik itu dan memberikannya pada Josen. Lalu Josen menyimpan alas plastik tersebut. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan meski hanya diterangi oleh cahaya remang-remang.
     “Hei Josen, mengapa ada ayam di kawasan vampir? Soalnya tadi aku ada mendengar suara ayam berkokok” tanya Fasco memulai percakapan.
     “Ada yang perlu kau ketahui Fas. Semua yang ada di dunia ini hampir sama dengan yang ada di bumi dari binatang, tumbuh-tumbuhan dan lainnya, hanya saja disini banyak hal yang berhubungan dengan kekuatan supernatural atau magis. Jadi wajar saja ada ayam di dunia ini” jawab Josen.
     “Mengenai mengapa ada ayam di kawasan vampir. Itu karena tidak selamanya mereka mendapat pasokan darah manusia, maka dari itu mereka banyak yang memelihara binatang ternak untuk di perah darahnya. Selain itumereka juga tidak mudah untuk mendapatkan darah manusia karena jarang sekali manusia berada di kawasan ini kecuali manusia yang baru datang karena portal, seperti dirimu” tegas Josen sambil menepuk pundak Fasco.
     Mereka terus berjalan menyusuri lorong-lorong sempit dan terkadang mereka harus merangkak melewati celah-celah sempit. Semuanya mereka lakukan agar tidak bertemu dengan para vampir. Tapi di tengah perjalanan ada masalah yang menghambat mereka. Tiba tiba muncul seekor anjing liar dan anjing tersebut menghadang  mereka. Anjing itu menggeram ke arah mereka.
     “Apakah itu seekor anjing, Josen?” tanya Fasco yang merasa aneh dengan anjing itu.
     “Ya.. itu anjing. Tapi anjing ini berbeda, ia sudah berubah fisik, tampaknya tuannya telah menggigitnya dan menghisap darahnya langsung tanpa menggunakan alat penghisap darah, sehingga ia berubah menjadi anjing vampir” jawab Josen “Sekarang apa yang akan kau lakukan Fasco? Anjing itu sedang menatapmu sekarang. Dia berbeda dengan vampir yang pada saat itu yang tidak menyadari keberadaanmu”
     Josen berjalan dengan santainya meninggalkan Fasco berhadapan dengan anjing itu. ia duduk di atas sebuah kayu besar dan melihat apa yang diperbuat oleh Josen.
     “hei tuyul bantu aku disini” teriak Fasco ke arah Josen dengan kesal.
     Josen tidak menghiraukan perkataannya melainkan dia hanya tersenyum simpul. Sementara itu, Fasco yang berdiri sendirian sedang  memperhatiakn fisik anjing itu. tampak mata anjing itu diselimuti oleh warna merah darah, dari mulut anjing itu keluar air liur yang menetes melalui ujung taringnya yang tajam. Di sekujur tubuhnya tampak urat-urat saraf yang membengkak dan terlihat seperti varises.
     Anjing tersebut menggeram semakin keras, dan tiba-tiba saja ia melompat ke arah fasco. Fasco langsung bertindak cepat, ia menarik pedangnya dan menghunuskan pedangnya ke arah anjing itu. Anjing itu lalu tertusuk tepat di dadanya, ia memudar dan menghilang dari hadapan Fasco.Josen lalu kembali mendekatinya dan mengajaknya melanjutkan perjalanan kembali.
     “Hei botak, mengapa kau tidak membantu ku tadi? Hah?” ketus Fasco.
     “Jangan suka mengganti nama orang! Lagipula dunia ini keras Fas, kau harus mulai terbiasa dengan itu. Percayalah, aku juga pernah merasakan sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang kau hadapi tadi” jawab Josen dengan wajah serius dan tatapan lurus ke depan.
****
     Mereka berjalan terus selama dua hari melintasi jalan sempit terus-menerus, terkadang mereka bertemu dengan binatang liar yang mirip dengan anjing liar yang dilawan oleh Fasco. Fasco juga sudah mulai terbiasa dengan rasa buah hijau yang dimakannya, terkadang mereka melintasi sungai kecil dengan air yang jernih dan batu-batu kerikil didasarnya. Saat tengah hari Fasco merasa kelelahan setelah berjalan jauh.
     “Jos, bisakah kita berhenti sebentar. Kakiku sudah terlalu lelah untuk berjalan lagi” ungkap Fasco sambil duduk bersandar pada dinding jalan itu.
     “Ya, tidak apa-apa. Lagipula kita belum beristirahat dari tadi kan?” balas Josen sambil ikut duduk disamping Fasco.
     Josen lalu bangkit berdiri lagi. Ia memandang langit dan memandang daerah di sekitarnya. Ia merasa tidak asing dengan daerah itu, ia kemudian memandang jauh ke arah jalan yang akan dilalui mereka. Ia melihat tembok bata putih yang menjulang ke atas yang seharusnya adalah benteng perbatasan kawasan vampir dengan dunia luar. Ia lalu melihat Fasco yang sedang duduk dan dibasahi oleh keringat tubuhnya.
     “Fasco, sepertinya kita sudah dekat dengan tembok perbatasan. Aku sudah sering lewat sini dan di depan sana terdapat tembok yang dijaga para vampir” ujar Josen menunjuk ke arah pandangannya.
     “jika memang seperti itu, bagaimana cara kita melewati para penjaga itu. apakah kita akan melewati celah sempit seperti saat di gedung  kemarin?” balas Fasco yang melihat ke arah yang ditunjuk Josen.
     “kalau soal itu, aku tahu caranya. Di depan sana ada gua yang sering kami gunakan untuk bersembunyi, kita bisa beristirahat di sana sambil menunggu hari gelap. Saat hari gelap kita dapat melewati tembok itu tanpa diketahui oleh para vampir penjaga itu” jelas Josen.
     “Baiklah, ayo kita pergi ke gua itu. tampaknya di sana jauh lebih aman dari tempat ini” balas Fasco sambil bangkit berdiri.
     Mereka berdua berjalan menuju gua yang diberitahu Josen. Sesampai mereka di mulut gua, Josen memasuki gua terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan. Josen memeriksa daerah sekitar mulut gua, setelah yakin keadaan aman ia memanggil Fasco untuk masuk kedalam. Fasco masuk ke dalam gua, lalu terduduk di dinding gua bersamaan dengan Josen. Mereka meminum air yang sempat mereka ambil saat melintasi sungai kecil tadi.
     Perlahan-lahan mata Fasco mulai menutup dan ingin tertidur. Tiba-tiba Fasco mendengar suara rintihan yang berasal dari dalam gua. Awalnya ia merasa bahwa itu hanya ilusinasinya saja, tetapi semakin lama rintihan tersebut semakin nyaring. Ia lalu terbangun dan melihat ke arah Josen.
     “Apa kau mendengarnya juga Fasco? Suara erangan itu” tanya Josen dengan tatapan serius.
     Fasco menganggukkan kepala menandakan bahwa ia setuju dengan Josen. Fasco bangkit perlahan-lahan dan berjalan dengan hati-hati menuju sumber suara itu. Josen mengikutinya dari belakang lalu menghadang Fasco.
     “Biar aku yang jalan terlebih dahulu. Kondisimu saat ini masih lelah. Kalau ada vampir disana, kau pasti sulit menghadapi mereka” ungkap Josen meyakinkannya.
     Fasco berhenti berjalan dan mempersilahkan Josen. Josen berjalan semakin mendekati sumber suara itu. Suara itu semakin kuat dan semakin dekat. Josen mengintip dari slalh satu batu ia melihat ada seorang perempuan yang mengerang kesakitan, tubuh perempuan itu dipenuhi bercak-bercak ungu kebiru-biruan. Melihat perempuan itu tak berdaya, Josen lalu mendekatinya, ternyata dia adalah manusia. 
     “Fasco kemarilah! Ada seorang manusia perempuan disini. Kau mungkin ingin melihatnya” teriak Josen.
     “Benarkah? Baik aku segera kesana” balas Fasco tidak menyangka.
     Fasco berlari agak cepat dan melihat sosok perempuan itu. Setelah sampai, ia terkejut dengan apa yang dilihatnya.
     “Vanny...!” ujar Fasco terkejut bercampur gembira.
 Ia mendekati vanny dan memeluknya. Iatidak menyangka akan menemui vanny ditempat itu, Fasco memeluknya dengan erat. Dia sangat senang, sebab akhirnya ia menjumpai perempuan yang selama ini dicintainya. 
     “Aku bersyukur kita dapat bertemu Van” ujar Fasco “Tapi mengapa tubuhmu begitu lemah, dan bercak-bercak ini? Apa yang terjadi van?” 
     “Sepertinya ia memakan buah yang biasanya kita makan, Fas” jawab Josen “Tubuhnya sedang terkena racun dari biji buah itu. Saat ini ia tidak bisa bergerak dan berbicara sebagai efek samping dari racun itu, dan jika dibiarkan seperti ini terus mungkin dia akan meninggal”
     “Kau punya penawarnya kan! Ya kan! Tidak mungkin dia akan berakhir di sini!” bentak Fasco terhadap Josen sambil meneteskan air mata.
     “Baiklah. Ini adalah penawarnya, ini tinggal satu-satunya, cepat berikan padanya” jawab Josen sambil memberikan botol kecil pada Fasco.
     Fasco lalu menyuapi Vanny dengan penawar itu. vanny menenggaknya dengan sekali minum. Perlahan-lahan bercak ungu yang ada di tubuhnya  menghilang. Vanny tersedak dan memuntahkan seluruh racun yang ada pada tubuhnya. Melihat racun yang ada disekitar mulut vanny, Fasco langsung mengambil saputangan dan membersihkannya. Mereka saling bertatap-tatapan satu sama lain. Fasco tanpa sadar meneteskan air mata sambil tetap memegang tubuh Vanny. Vanny mulai menggerakkan tangannya dan menyentuh pipi Fasco, ia mengusap air mata Fasco. Tangannya lalu berpindah ke bagian belakang kepala Fasco, ia menarik kepala Fasco dan mencium bibirnya.
     “Terima kasih...” ungkap Vanny dengan lirih pada Fasco.
     “Aku dengan senantiasa akan selalu membantumu sebisaku, percayalah” balas Fasco    “sekarang istirahatlah. Nanti kita akan pergi darisini”
     Fasco lalu merubah posisinya dan membiarkan Vanny tertidur di pangkuannya. Josen daritadi hanya tertegun melihat kejadian yang ada dihadapannya dan tanpa sadar matanya kini dipenuhi oleh air mata yang terbendung.
     “hei botak, apa kau mau menangis, hah?” ledek Fasco “Pria kekar sepertimu ternyata bisa menangis juga ya”
     “Apa..? Menangis..? mana mungkin aku menangis hanya melihat bocah berciuman” balas Josen sambil mengusap air matanya “aku hanya teringat akan keluargaku saja”
     “Ternyata kau memiliki keluarga, apa kau mau berbagi cerita tentang keluargamu?” tanya Fasco.
     “Tidak! Aku tidak akan menceritakannya. Seharusnya aku melupakan mereka, dan kalian mengingatkan ku kembali. Sudahlah..., aku akan berjaga di depan. Kalau ada apa-apa panggil aku saja” jawab Josen sambil meningalkan mereka berdua.
     “Ya sudah,  lagipula jika tidak mau bercerita tak perlu marah-marah juga kan” Fasco berbicara sendiri.

Terima kasih sekali lagi nih, karna udah sudi ngescroll sampai bawah sini. Buat yang udah baca, aku gak ngelarang kok kalau mau saran dan kritik di komentar bawah ini, karena aku juga masih baru nyoba buat nulis cerita ini. Kalau mau share juga boleh...😂